A. Judul
PENINGKATAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS IV SD NEGERI 2 SUKAJAYA DALAM
PEMBELAJARAN IPS MELALUI PENGGUNAAN MODEL DISKUSI TERBIMBING
B. Penulis
Nama :
Tika Kartika, S.Pd.SD.
Tempat Tugas :
SD Negeri 2 Sukajaya, Kec. Cimerak, Kab. Ciamis
No. Tlp :
085223493710
Penelitian ini dilakukan dalam rangka
memperbaiki kinerja guru dan siswa dalam
pembelajaran IPS melalui penerapan model diskusi terbimbing. Tujuan
penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa yang sebelumnya diketahui kurang memenuhi harapan pembelajaran. Siswa dimaksud, yakni kelas IV SD Negeri 2 Sukajaya , Kecamatan Cimerak,
Kabupaten CiamisTahun Pelajaran 2010/2011. Waktu yang diperlukan selama tiga bulan, yakni bulan Mei, Juni, Juli 2010.
Rancangan
penelitian yang ditempuh, yakni penelitian tindakan kelas, yang terdiri atas empat tahapan, yakni membuat perencanaan tindakan, melaksanakan
tindakan dalam pembelajaran, mengobservasi tindakan, dan merefleksi tindakan. Penelitian tersebut dilaksanakan dalam tiga siklus. Adapun data
penelitian ini, meliputi catatan lapangan, catatan hasil pengamatan,
dokumentasi perencanaan, dan hasil evaluasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, tes, dan diskusi.
Teknik analisis data menggunakan teknik
kualitatif model mengalir, meliputi tahap reduksi data, pemaparan data,
verifikasi, dan penyimpulan data. Untuk menguji keabsahan data dilakukan
pengecekatan ulang (triangulasi)
dengan kolabolator dan siswa.Setelah menyelesaikan penelitian ini, diperoleh simpulan bahwa model diskusi terbimbingdapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Sukajaya dalam pembelajaran IPS
D.
Kata Kunci:
Mata Pelajaran
IPS, Aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa, dan ModelDiskusi
Terbimbing
E.
Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Kurikulum Pengetahuan
Sosial disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan pengetahuan
sosial. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya
bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber
pada modal intelektual, sosial, dan kepercayaan (kredibilitas). Dengan
demikian, tuntutan untuk terus-menerus memutakhirkan pengetahuan sosial menjadi
suatu keharusan. Pengembangan Kurikulum Pengetahuan
Sosial merespon secara positif berbagai perkembangan
informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi serta tuntutan desentralisasi. Hal
ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran pengetahuan
sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Kompetensi pengetahuan sosial
menjamin pertumbuhan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
penguasaan kecakapan hidup (lifeskill),
penguasaan prinsip-prinsip sosial, ekonomi, budaya, dan kewarganegaraan,
sehingga tumbuh generasi yang kuat dan berakhlak mulia.
Wachidi (dalam
Kunandar, 2007:261) merumuskan tujuan pokok dari pengetahuan sosial, yaitu: (1)
memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana bersikap terhadap benda-benda
di sekitarnya; (2) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara
berhubungan dengan manusia lain; (3) memberikan pengetahuan kepada manusia
bagaimana cara berhubungan dengan masyarakat sekitarnya; (4) memberikan
pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan alam sekitarnya;
dan (5) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan
tuhannya.
Memperhatikan tujuan
yang dikandung oleh mata pelajaran pengetahuan sosial, maka seharusnya
pembelajaran pengetahuan sosial di sekolah-sekolah merupakan suatu kegiatan
yang disenangi, menantang, dan bermakna bagi peserta didik. Kegiatan belajar
mengajar mengandung arti interaksi dari berbagai komponen, seperti guru, murid,
bahan ajar, dan sarana lain yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung.
Lubis (2004:51) menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan
kegiatan interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa,
serta siswa dengan sumber belajar lainnya dalam satu kesatuan waktu dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Suryosubroto
(2007:262) menyatakan bahwa kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah
kesanggupan atau kecakapan guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang
edukatif dan harmonis antara guru dengan peserta didik yang mencakup segi
kognitif, apektif, dan psikomotor, sebagai upaya mempelajari sesuatu
berdasarkan perencanaan yang matang sampai dengan tahap evaluasi dan tindak
lanjut hingga tercapai tujuan yang diharapkan.
Dari uraian di atas
dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran pengetahuan sosial mempunyai nilai yang
strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul,
handal, dan bermoral sejak dini hingga dewasa nanti. Hal yang menjadi hambatan
selama ini dalam pembelajaran pengetahuan sosial adalah disebabkan kurang
dikemasnya pembelajaran pengetahuan sosial berdasarkan metode yang menarik,
menantang, dan menyenangkan. Para guru sering kali menyampaikan materi
pengetahuan sosial secara apa adanya (konvensional), sehingga pembelajaran
pengetahuan sosial cenderung membosankan dan kurang menarik minat para siswa
yang pada gilirannya prestasi belajar mereka kurang memuaskan. Di sisi lain,
juga ada kecenderungan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran pengetahuan
sosial masih rendah. Setidaknya, ada tiga indikator yang menunjukkan hal ini. Pertama, siswa kurang memiliki
keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain. Kedua, siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan
sendiri. Dan, ketiga, siswa belum
terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain secara sehat.
Pembelajaran mata pelajaran pengetahuan sosial
sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang membosankan, kurang menantang,
kurang bermakna, serta kurang terkait dengan kehidupan keseharian. Akibatnya,
banyak kritikan yang ditujukan kepada guru-guru yang mengajarkan mata pelajaran
ini, antara lain rendahnya daya kreasi guru dan siswa dalam pembelajaran,
kurang dikuasainya materi-materi pengetahuan sosial oleh siswa, dan kurangnya
variasi dalam pembelajaran.
Meningkatnya
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan membuat pelajaran lebih bermakna
dan berarti bagi kehidupannya. Dikatakan demikian, karena: (1) adanya
keterlibatan siswa dalam menyusun dan membuat perencanaan KBM; (2) adanya
keterlibatan intelektual emosional siswa melalui dorongan dan semangat yang
dimilikinya; dan (3) adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam
mendengarkan dan memperhatikan apa yang disajikan guru.
Agar pembelajaran
pengetahuan sosial menjadi pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAKEM) dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satu cara
yang cukup efektif untuk diterapkan dalam rangka itu adalah model diskusi terbimbing.
Untuk membuktikan hal itu, maka dilakukanlah penelitian tindakan kelas pada
mata pelajaran ini.
b.
Indentifikasi
Masalah, Rumusan Masalah, dan Pemecahan Masalah
a)
Identifikasi Masalah
Memperhatikan situasi pada
latar belakang masalah di atas, kondisi yang ada pada saat ini adalah sebagai
berikut.
1. Pembelajaran
pengetahuan sosial yang telah dan sedang berlangsung di kelas masih berjalan
monoton.
2. Belum
ditemukan model
pembelajaran yang tepat.
3. Belum
ada kolaborasi antara guru dan siswa.
4. Model pembelajaran yang digunakan bersifat
konvensional.
5. Masih
rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran pengetahuan
sosial.
b)
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, apa yang menjadi pokok masalah dalam penelitian
tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana
menerapkan model diskusi
terbimbing agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial?
2. Apakah
penggunaan model diskusi
terbimbing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial.
c) Pemecahan Masalah
Pemecahan
masalah, baik yang berkaitan dengan masih rendahnya aktivitas maupun hasil
belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, solusi yang
diupayakan dalam penelitian tindakan kelas ini, adalah model diskusi terbimbing.
Besar harapan melalui penerapan model ini, baik yang berkaitan dengan masih
rendahnya aktivitas maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial, mengalami peningkatan yang berarti.
c.
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian tindakan
kelas ini, baik bagi guru maupun siswa, sebagai berikut.
1. Guru
dapat meningkatkan strategi dan kualitas pengelolaan kegiatan belajar mengajar
ilmu pengetahuan sosial.
2. Siswa
merasa dirinya mendapatkan perhatian dan kesempatan untuk belajar lebih baik
lagi dalam menyampaikan pendapat, ide, gagasan, dan pertanyaan pada saat
pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dalam konteks penelitian ini berlangsung.
3. Siswa
dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu mempertanggungjawabkan
segala tugas individu maupun kelompok.
4. Seluruh
siswa menguasai materi pelajaran secara tuntas.
d.
Kajian Pustaka
1.
Pembelajaran
Mata
Pelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
Pembelajaran mata
pelajaran pengetahuan sosial bagi peserta didik di sekolah dasar akan
lebih bermakna jika yang dipelajari berkaitan dengan pengalaman hidupnya, sebab
anak memandang suatu obyek yang ada di lingkungannya secara utuh. Kurikulum
yang terintegrasi memberikan sesuatu yang lebih berarti, sehingga peserta didik
akan memahami hubungan berbagai hal dan kejadian dalam kehidupannya (Mulyasa,
2003:196).
Lebih lanjut Mulyasa
(2003:196) mengemukakan kelebihan pengetahuan sosial terpadu, yaitu sebagai
berikut.
1)
Mengacu
pada topik yang bermakna dan bertujuan.
2)
Memfokuskan
pada konsep dasar umum yang dapat diterapkan pada berbagai kondisi dalam
kehidupan daripada fakta yang terpisah.
3)
Meningkatkan
nilai pengetahuan, pengalaman, dan ketertarikan peserta didik.
4)
Menggambarkan
secara mudah situasi kehidupan sesungguhnya sebagai topik untuk belajar.
5)
Menciptakan
pengalaman belajar yang saling berhubungan daripada belajar yang tidak ada
hubungannya.
6)
Memberi
kesempatan untuk berlatih membaca, menulis, dan berhitung secara lebih
bermakna.
7)
Menekankan
pada bagaimana belajar dan bukan hanya belajar apa, sebab keterampilan
dikembangkan dalam konteks.
8)
Menggunakan
berbagai sumber belajar dan pengalaman lapangan untuk mengembangkan pemahaman
peserta didik.
9)
Mendorong
peserta didik untuk berpikir logis dan kritis, dan sistematis.
10)
Mendorong
peserta didik untuk menerapkan apa yang telah dipelajari.
2. Hakikat Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Pengetahuan Sosial
1) Hakikat Aktivitas Belajar
Aktivitas
siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan
aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses
belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Kunandar,
2006:272). Peningkatan aktivitas siswa, yaitu meningkatnya jumlah siswa yang
terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab,
meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pelajaran.
Metode belajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu
membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan
dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan belajar mengajar (Hermawan,
2006:78).
Menurut
Kunandar (2006:272), indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari: (1)
mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran; (2) aktivitas pembelajaran
didominasi oleh kegiatan siswa; dan (3) mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas
yang diberikan guru dalam LKS melalui model pembelajaran diskusi terbimbing.
2) Hakikat Hasil Belajar
Menurut
Sudjana (1991:45), hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan
menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana,
baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan. Pendapat yang tidak jauh
berbeda dikemukakan Nasution (1989:112), bahwa hasil belajar adalah suatu
perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi
juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang
belajar.
Hasil
belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan
tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam
penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil
ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran pengetahuan sosial.
3.
Hakikat Model
Pembelajaran Diskusi Terbimbing
Secara sederhana, namun jelas, Kunandar
(2006:265) memberikan pengertian bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi
yang saling asuh antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.
Hasil telaah beberapa pustaka yang digunakan
diperoleh gambaran mengenai unsur-unsur pembelajaran kooperatif, sebagaimana
dikemukakan Hermawan (2006:73), bahwa unsur-unsur pembelajaran kooperatif
sedikitnya ada empat, yakni saling ketergantungan positif, interaksi tatap
muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan menjalin hubungan.
Langkah-langkah model
pembelajaran diskusi terbimbing dijelaskan Kunandar (2006:270), sebagai
berikut.
1.
Para
siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, yang masing-masing
terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang
heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya (prestasinya).
2.
Guru
menyampaikan materi pelajaran.
3.
Guru
memberikan tugas kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik, dan
kemudian saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan
melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.
4.
Guru
memberikan pertanyaan atau kuis kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
pertanyaan atau kuis dari guru ke siswa tidak boleh saling membantu.
5.
Setiap
akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
6.
Tiap
siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap materi
pelajaran, dan kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih
prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
7.
Kesimpulan.
Pelaksanaan pembelajaran
diskusi terbimbing melalui tahapan sebagai berikut: (1)
penjelasan materi pembelajaran; (2) diskusi atau kerja kelompok belajar; (3)
validasi oleh guru; (4) evaluasi (tes); (5) menentukan nilai individu dan
kelompok; dan (6) penghargaan individu dan kelompok.
4.
Hipotesis Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan
dalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus
penelitian tindakan kelas tersebut, dapat diamati peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Dengan
demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut.
1.
Dengan
diterapkan model diskusi terbimbing dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan
sosial.
2.
Dengan
diterapkan model diskusi terbimbing dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan
sosial.
F. Metodologi
Penelitian
a.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini, yaitu siswa kelas IV SD Negeri 2
Sukajaya, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2010/2011, yang
terdiri atas 18
orang siswa berjenis kelamin
perempuan dan 23 orang siswa berjenis kelamin laki-laki, yang sedang menempuh
semester 1 dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
b.
Setting Penelitian
Setting
dalam
penelitian ini meliputi: tempat dan waktu penelitian, serta siklus PTK. Lebih
jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1.
Tempat
Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Sukajaya, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis. Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan pengelolaan proses
pembelajaran mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial.
2.
Waktu
Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru 2010/2011, yaitu bulan Juli
sampai dengan November 2011. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender
akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses
belajar mengajar efektif di kelas.
3.
Siklus
PTK
PTK
ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam mengikuti mata pelajaran Pengetahuan Sosial dengan
menggunakan model pembelajaran diskusi
terbimbing.
c.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah
tes, observasi, wawancara, dan diskusi.
1.
Tes
dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.
2.
Observasi
dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi siswa dalam PBM dan
implementasi pembelajaran Pengetahuan Sosial, khususnya tentang membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah dengan menggunakan
model diskusi terbimbing.
3.
Wawancara
dipergunakan untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan implementasi
pembelajaran Pengetahuan Sosial tentang membuat denah
dan peta lingkungan rumah dan sekolah dengan menggunakan model diskusi terbimbing.
4.
Diskusi
antara guru, teman sejawat, dan kolabolator untuk merefleksi hasil siklus PTK.
d. Teknik
Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan
observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaran.
1.
Hasil
belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian
dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
2.
Aktivitas
siswa dalam PBM: dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam PBM.
Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3.
Implementasi
pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar “Mendeskripsikan
kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya
dengan keragaman sosial budaya” berdasarkan langkah-langkah model diskusi terbimbing, dengan cara menganalisis tingkat
keberhasilan, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang
berhasil, dan tidak berhasil.
e. Desain
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan desain penelitian tindakan kelas, yang berupa siklus perbaikan
pembelajaran yang dilakukan secara kolaborasi antara guru pelaksana tindakan,
teman sejawat dan kolabolator, serta siswa. Dalam setiap siklusnya, terdapat
empat tahapan, antara lain: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan,
dan (4) refleksi.
G. Hasil
Penelitian dan Pembahasan
a.
Siklus I
Pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar “Mendeskripsikan
kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya
dengan keragaman sosial budaya” berdasarkan langkah-langkah
model diskusi terbimbing
pada siklus I, sudah dilaksanakan tetapi belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan
oleh beberapa alasan sebagai berikut.
1.
Sebagian kelompok belum terbiasa dengan
kondisi belajar berkelompok.
2.
Sebagian kelompok belum memahami
langkah-langkah model pembelajaran diskusi terbimbing secara utuh dan menyeluruh.
Untuk
mengatasi masalah di atas,
telah dilakukan
upaya sebagai berikut.
1.
Guru secara intensif memberi pengertian
kepada siswa mengenai kondisi
dalam berkelompok, kerjasama kelompok, keikutsertaan siswa dalam kelompok.
2.
Guru membantu kelompok yang belum memahami
langkah-langkah model pembelajaran diskusi terbimbing.
Pada akhir siklus I dari hasil pengamatan guru dan
kolaborasi dengan teman sejawat dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1.
Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar
kelompok.
2.
Siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran diskusi terbimbing.
3.
Siswa mampu menyimpulkan bahwa pembelajaran diskusi terbimbing, memiliki langkah-langkah
tertentu.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
evaluasi pembelajaran menunjukkan kondisi sebagai berikut.
1.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar “Mendeskripsikan
kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya
dengan keragaman sosial budaya” berdasarkan langkah-langkah
model pembelajaran diskusi terbimbing
siklus
I dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel
1
Perolehan
Skor Aktivitas Belajar Siswa
dalam PBM Siklus I
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Sukajaya 1
|
10
|
16
|
68
|
|
Sukajaya 2
|
11
|
16
|
74
|
|
Sukajaya 3
|
13
|
16
|
87
|
Tertinggi
|
Sukajaya 4
|
9
|
16
|
62
|
|
Sukajaya 5
|
7
|
16
|
49
|
Terendah
|
Sukajaya 6
|
9
|
16
|
62
|
|
Sukajaya 7
|
10
|
16
|
67
|
|
Sukajaya 8
|
11
|
16
|
74
|
|
Rerata
|
10
|
16
|
61
|
|
Grafik 1
Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM
Siklus I

2. Hasil
pengamatan terhadap aktivitas
mengajar guru pada
PBM siklus I masih tergolong rendah
dengan perolehan skor 27 atau 61,36%, sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal
ini terjadi karena guru lebih
banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa
bagaimana melakukan pembelajaran diskusi
terbimbing.
3. Hasil
evaluasi pembelajaran siklus
I menunjukkan penguasaan
siswa terhadap materi masih tergolong kurang. Dari skor ideal 100, skor
perolehan rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.
Untuk mengetahui keberhasilan dan
kegagalanpembelajaran IPS tentang kompetensi dasar “Mendeskripsikan kenampakan alam di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman
sosial budaya” berdasarkan langkah-langkah model diskusi terbimbingsiklus I, tim peneliti telah melakukan refleksi, yang
hasilnya sebagai berikut.
1.
Guru belum terbiasa menciptakan suasana
pembelajaran model diskusi
terbimbing. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap
aktivitas mengajar guru
dalam PBM hanya mencapai 61,36%.
2.
Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi
belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran diskusi terbimbing. Mereka merasa senang dan antusias dalam
belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa
dalam PBM hanya mencapai 69%.
3.
Hasil evaluasi pada siklus I mencapai rata-rata 6,20, dan masih ada beberapa orang siswa yang kurang
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan.
4.
Masih ada kelompok yang belum bisa
menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini karena anggota
kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.
5.
Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam
mempresentasikan hasil kegiatan kelompok.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan
keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I, maka pada pelaksanaan pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar “Mendeskripsikan
kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya
dengan keragaman sosial budaya” berdasarkan langkah-langkah
model diskusi terbimbingsiklus
IIdapat dibuat
perencanaan sebagai berikut.
1.
Memberikan motivasi kepada kelompok agar
lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2.
Lebih intensif membimbing kelompok yang
mengalami kesulitan.
3.
Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
b. Siklus II
Pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar “Mendeskripsikan
kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya
dengan keragaman sosial budaya” berdasarkan langkah-langkah
model diskusi terbimbingsiklus
II, sudah dilaksanakan sesuai
dengan rencana. Adapun hasilnya menunjukkan sebagai berikut.
1.
Suasana pembelajaran sudah mengarah pada
proses belajar berdasarkan langkah-langkah model diskusi terbimbing. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok
dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik. Siswa
dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi
pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama
anggota kelompok.
2.
Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk
bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3. Suasana
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.
Berdasarkan pengamatan dan evaluasi
siklus II, menunjukkan
perubahan yang lebih baik dari siklus I.
Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1. Hasil
pengamatan terhadap aktivitas
siswa dalam PBM selama siklus II
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel
2
Perolehan Skor Aktivitas
Belajar Siswa dalamPBM Siklus II
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Sukajaya 1
|
11
|
16
|
74
|
|
Sukajaya 2
|
12
|
16
|
80
|
|
Sukajaya 3
|
13
|
16
|
87
|
Tertinggi
|
Sukajaya 4
|
10
|
16
|
68
|
|
Sukajaya 5
|
9
|
16
|
62
|
Terendah
|
Sukajaya 6
|
10
|
16
|
68
|
|
Sukajaya 7
|
11
|
16
|
74
|
|
Sukajaya 8
|
12
|
16
|
74
|
|
Rerata
|
11
|
16
|
73
|
|
Grafik 2
Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM
Siklus II
2) 

3. Hasil
observasi aktivitas mengajar guru
dalam PBM pada siklus II
tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari siklus I. Dari skor ideal 44, nilai yang
diperoleh adalah 35 atau 80%.
4. Hasil
evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus II tergolong
sedang, yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 70
atau 70%.
5. Hasil
evaluasi siklus
II mengalami
peningkatan yang sebelumnya 5,48 menjadi 6,53. Ini berarti naik 1,05.
Untuk mengetahui keberhasilan dan
kegagalan pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar “Mendeskripsikan kenampakan alam di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman
sosial budaya” berdasarkan langkah-langkah model diskusi terbimbingsiklus II, maka tim peneliti melakukan refleksi, yang
hasilnya sebagai berikut.
1.
Aktivitas belajar siswa dalam PBM siklus II sudah mengarah ke
langkah-langkah belajar
berdasarkan model pembelajaran diskusi terbimbing. Siswa mampu membangun kerja
sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu
berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa
mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat
dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 69% pada siklus
1 menjadi 74% pada siklus II.
2.
Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM
didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan
suasana pembelajaran yang mengarah pada langkah-langkah model diskusi terbimbing. Guru secara
intensif membimbing siswa saat mengalami kesulitan dalam PBM. Hal ini dapat
dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 61,36%
pada siklus 1 menjadi 80% pada siklus II.
3.
Meningkatnya aktivitas siswa dalam
melaksanakan evaluasi berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa dalam
menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi diperoleh 6,20 pada siklus I meningkat menjadi 7,00 pada siklus II.
4.
Meningkatnya rata-rata nilai hasil evaluasi pada siklus II menjadi 6,53.
5.
Masih
terdapat beberapa orang siswa yang dinyatakan belum tuntas, karena hasil
evaluasinya kurang mencapai nilai yang telah ditetapkan sebagai kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Oleh karena itu, maka dilaksanakan pembelajaran
IPS tentang kompetensi dasar “Mendeskripsikan
kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya
dengan keragaman sosial budaya” berdasarkan langkah-langkah
model diskusi terbimbingsiklus
III.
c. Siklus III
Pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar “Mendeskripsikan
kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya
dengan keragaman sosial budaya” berdasarkan langkah-langkah
model diskusi terbimbingsiklus
III, sudah dilaksanakan sesuai dengan
rencana serta berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Adapun
hasilnya menunjukkan sebagai berikut.
1.
Suasana pembelajaran sudah lebih mengarah
pada langkah-langkah model
diskusi terbimbing. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan
menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan lebih baik lagi.
Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi
pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama
anggota kelompok. Siswa kelihatan lebih antusias mengikuti PBM.
2.
Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk
bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3.
Suasana pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan sudah lebih tercipta.
Berdasarkan pengamatan dan evaluasi siklus
III, hasilnya menunjukkan sebagai
berikut.
1.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa selama mengikuti PBM siklus III seperti tertuang pada tabel
berikut.
Tabel 3
Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM Siklus III
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Sukajaya 1
|
13
|
16
|
87
|
|
Sukajaya 2
|
13
|
16
|
87
|
|
Sukajaya 3
|
14
|
16
|
93
|
Tertinggi
|
Sukajaya 4
|
12
|
16
|
80
|
|
Sukajaya 5
|
11
|
16
|
74
|
Terendah
|
Sukajaya 6
|
12
|
16
|
84
|
|
Sukajaya 7
|
13
|
16
|
87
|
|
Sukajaya 8
|
13
|
16
|
86
|
|
Rerata
|
11
|
16
|
84
|
|
Grafik 3
Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM
Siklus III

3.
Hasil pengamatan aktivitas mengajar guru dalam PBM siklus III mendapat rerata nilai
perolehan 40 dari skor ideal 44 atau 91%. Hal ini berarti menunjukkan adanya
peningkatan yang sangat signifikan dari siklus sebelumnya.
4.
Hasil evaluasi siklus III menunjukkan penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran memiliki nilai rerata 85 atau 85% dari skor ideal 100. Hal
ini berarti penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaran tergolong tinggi.
5.
Hasil evaluasi siklus III mengalami peningkatan
yang cukup berarti, yakni 7,60, sedangkan sebelumnya 5,48 pada siklus I dan pada siklus II
6,53.
Untuk
mengetahui keberhasilan dan kegagalan pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar “Mendeskripsikan
kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya
dengan keragaman sosial budaya” berdasarkan langkah-langkah
model diskusi terbimbingsiklus
III, tim peneliti telah melaksanakan
refleksi, yang hasilnya menunjukkan sebagai berikut.
1.
Aktivitas belajar siswa dalam PBM siklus III sudah mengarah ke
langkah-langkah model pembelajaran
diskusi terbimbing. Siswa mampu membangun kerja sama dalam
kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu
berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa
mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data hasil
observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus II menjadi 85% pada siklus III.
2.
Meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam PBM siklus III didukung oleh meningkatnya
aktivitas mengajar guru, baik dalam mempertahankan dan meningkatkan
suasana pembelajaran yang mengarah pada langkah-langkah model pembelajaran diskusi terbimbing. Guru secara intensif membimbing siswa,
terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat dilihat dari hasil
observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 80% pada siklus II menjadi 91% pada siklus III.
3.
Meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam melaksanakan
evaluasi berkontribusi terhadap meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai
materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 7,00 pada siklus II meningkat menjadi 8,50 pada siklus III.
4.
Meningkatnya rata-rata nilai evaluasi dari 5,48 (siklus I) menjadi 6,53 (siklus II) dan 7,33 (siklus III).
5.
Seluruh
siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal, sehingga PTK berakhir sampai siklus
III.
H.
Simpulan dan Saran
a.
Simpulan
Setelah membahas hasil penelitian tindakan
kelas yang telah dilakukan, akhirnya dapat diambil simpulan guna menjawab pokok
masalah yang menjadi fokus kajian, yaitu sebagai berikut.
1. Penerapan
model diskusi terbimbing
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar “Mendeskripsikan
kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya
dengan keragaman sosial budaya”menempuh tahapan strategis berikut: (1)
menyusun perencanaan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran diskusi terbimbing;
(2) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana; (3) mengevaluasi aktivitas
dan hasil belajar siswa; dan (4) menindaklanjuti hasil refleksi terhadap
aktivitas dan hasil belajar siswa
agar diperoleh hasil yang lebih baik. Proses yang ditempuh dalam
setiap tahapan ini, baik yang dilakukan guru maupun siswa tidak lepas dari
ketentuan yang berlaku, demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Aktivitas
belajar siswa bukan saja secara bertahap sesuai dengan norma pembelajaran ini,
tetapi juga hasil yang didapat pun secara bertahap meningkat pula. Siswa
menjadi aktif dan memahami perannya sebagai apa dalam anggota kelompok
kooperatif. Antarsiswa bukan saja tampak merasa senang dan antusias saat
berbagi ide dan bertanya jawab, tetapi
juga santun dalam melakukan hal itu. Itu sebabnya model pembelajaran ini
diterapkan dengan menempuh tahap tersebut guna meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa sebagaimana yang diharapkan.
2. Penggunaan
model diskusi terbimbing,
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam dalam pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar “Mendeskripsikan
kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya
dengan keragaman sosial budaya”. Selain aktivitas belajar siswa
terkesan lebih bermakna, potensi aktifnya pun dalam menggali ide, saling
berbagi dan menerima gagasan sehubungan dengan materi ajar, bertanya jawab
dengan teman dan guru, kreatif dalam prakarsa dan tindakan dengan tidak melukai
perasaan satu sama lain. Hal
ini telah memberi dampak positif pada peningkatan hasil
belajar masing-masing siswa.
b. Saran
Ada
beberapa saran yang diajukan, yakni sebagai berikut.
1.
Model
pembelajaran diskusi terbimbing sebaiknya diterapkan dengan mempertimbangkan
konteks permasalahan, agar terjadi suatu kondisi yang diharapkan. Penerapan
model pembelajaran ini pada siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini,
dinilai cocok, tetapi belum tentu pada siswa yang lain. Untuk membuktikan hal
itu, sebaiknya guru mencoba menerapkan model pembelajaran tersebut kepada para
siswanya.
2.
Hal-hal
yang harus ditindaklanjuti agar diperoleh hasil yang lebih baik, yakni dalam
pemberian bimbingan kepada siswa terkait dengan belajar dalam kelompok, agar
antarsiswa dapat terjadi saling belajar, saling memberi dan menerima masukan
yang positif, dan saling menghargai sudut pandang. Hal itulah yang dianggap
masih perlu ditingkatkan pada siswa yang menjadi subjek penelitian ini.
I. Daftar Rujukan
Arikunto, Suharsimi.
2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta:Bumi Aksara.
Barr, Robert., Bart,
James L. & Shermis, S. Samuel. 1978. The
Nature of The Social Studies. California: ETC Publication.
Borg & Gall.
2003. Educational Research. New York:
Allyn and Bacon.
Depdiknas. 1997. Sumber dan Media Pembelajaran IPS. Pusat
Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang.
Hermawan, Asep. 2007.
Pengembangan Profesi Guru Melalui
Tindakan Reflektif dan Aplikatif Diri Menjadi Peneliti Mahir dalam Penelitian
Tindakan Kelas. Makalah: Tidak Dipublikasikan.
----------------------. 2007. Strategi
Peningkatan Kinerja Guru dalam Mengelola Pembelajaran Melalui Penelitian
Tindakan Kelas Secara Profesional dan Bermutu. Makalah: Tidak
Dipublikasikan.
Ibrahim, Muslimin. 2000.
Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
University Press.
Idrak, M.,dkk. 2007. Ringkasan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial Lengkap. Yogyakarta: Messemedia.
Kunandar. 2007. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Moloeng, Lexy J.
2000. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep,
Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Natawidjaja, Rohman.
1985. Cara Belajar Siswa Aktif dan
Penerapannya dalam Metode Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Dikdasmen Depdiknas.
Nasution, S. 1989. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung:
Jemmars.
Sudjana, Nana. 1991. Model-model Mengajar CBSA. Bandung:
Sinar Baru.
-------------------.
2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung : Sinar Baru.
Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta:
Direktorat Tenaga Kependidikan.
Wachidi. 2000. Inovasi Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial
SMP di Kota Bandung. Disertasi tidak Diterbitkan: PPS UPI Bandung.
Wiriaatmadja,
Rochiati. 2005. Metode Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar